Seandainya tingkat perhatian orang-orang pada kebersihan hati itu setinggi perhatian mereka pada kebersihan baju dan badan, pastilah keadaan mereka akan menjadi baik.
Di antara sebagian manusia ada yang tidak rela bajunya kotor sedikitpun, namun terhadap penyakit-penyakit hati yang telah mengotori kalbunya ia seolah lupa. Ada juga di antara mereka yang tidak rida terhadap kekurangan orang lain, tetapi terhadap kekurangan diri sendiri ia seakan rela. Hal inilah yang mendorongnya sibuk nyinyirin orang lain, dan lupa untuk 'nyinyir' terhadap kekurangan-kekurangannya sendiri. Kritikan-kritikan bertubi-tubi diucapkan kepada orang lain, sedang mengkritik diri sendiri sedetikpun tak pernah terpikirkan.
Allah sudah mengingatkan semua agar tidak lupa memperhatikan kualitas hati:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا, وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. Ash-Shams [91] :9–10)
{يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ}.
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Ash-Shu`arā' [26] :88–89)