Media Informasi Dan Dakwah Pondok Pesantren Al-Ihsan Gembong

SA‘ID HAWWA, Sang Pengarang Kitab al-Islam

SA‘ID HAWWA, Sang Pengarang Kitab al-Islam

Syekh Sa'id bin Muhammad Daib Hawwa

Sosok Syekh
Sa‘id Hawwa terasa sangat tidak asing bagi penulis pribadi. Nama beliau begitu familiar di telinga karena kitab karya monumentalnya al-Islam”, hampir setiap pagi dibacakan sebagai materi sorogan yang wajib diikuti oleh penulis dan teman-teman santri lain di pondok pesantren tercinta kami dulu (sebelum penulis lulus madrasah). Dan sekarang pun masih seperti itu karena pengasuh pondok telah menetapkan kitab al-Islam sebagai materi kegiatan ekstrakurikuler sorogan sampai sekarang.

Penulis masih ingat betul kepingan-kepingan memori pengajian sorogan kitab beliau yang senantiasa memercikkan mutiara-mutiara keilmuan di balik rasa dingin yang menyelimuti udara pagi, setelah jamaah shubuh ditunaikan.  Hawa dingin embun pagi mulai terbawa tenggelam di bawah kerlingan Sang Surya pagi yang mulai mengintip aktivitas kami dalam mengkaji kalimat perkalimat kitab beliau yang menghangatkan hati dan akal. Rasa kantuk yang seharusnya masih membelenggu kedua mata kami mulai menghilang, kala kitab beliau mulai dibacakan oleh salah satu pengajar sorogan.

Pada saat itu penulis berpikir, pasti wawasan beliau sangat luas sekali. Karena di dalam kitab al-Islam beliau, yang dikupas tidak hanya sebatas tema-tema konvensional fikih salaf saja. Di dalam kitab tersebut, semua sisi Islam dibahas. Mulai akidah, fiqih, etika agama, politik, ekonomi, bahkan sport (olahraga) pun juga tak lupa disinggung, tentunya lewat perspektif syariat. Bahkan masalah-masalah kekinianpun tak luput dari kupasannya. Itu menunjukkan kapasitas beliau sebagai seseorang yang memiliki jiwa leadership yang pengetahuannya selalu di-update, sehingga senantiasa relevan dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Kitab "Al-Islam", karya monumental Syekh Sa'id Hawwa

Pantas saja, pengasuh pondok pesantren kami menetapkannya sebagai kitab yang wajib dikaji oleh santri tingkat tsanawiyyah. Sebab, selain kitab beliau tersebut sangat berkualitas—menurut kiai kami, kitab tersebut sangat urgen untuk dikaji oleh setiap santri agar cakrawala keilmuannya semakin luas dan tidak statis (jumud) dalam merespon semua problematika masyarakat masa kini—beliau sendiri sebagai pengarangnya bisa dikatakan sebagai figur ulama modern (mu`ashirin) yang hebat, yang sosoknya penuh dengan uswah (teladan) bagi setiap muslimin.

Maka dari itu, penulis mengajak para pembaca untuk menyelami laju kehidupan seorang Syekh Sa‘id Hawwa, dai besar sepanjang masa dan aktivis gerakan Ikhwanul Muslimin yang tersohor supaya kita semua dapat meneladani kehidupan beliau dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

ASAL USUL SYEKH SA`ID HAWWA
Beliau adalah Syekh Sa‘id bin Muhammad Daib Hawwa. Dilahirkan di kota Hamat, Syiria, pada tahun 1935 M. Ibunya meninggal dunia ketika usianya baru dua tahun, lalu diasuh oleh neneknya. Di bawah bimbingan ayahnya—yang termasuk salah seorang mujahidin pemberani melawan penjajah Perancis—Sa‘id Hawwa muda berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran kaum sosialis, nasionalis, Ba‘tsi dan Ikhwanul Muslimin. Tetapi akhirnya Allah memilihkan kebaikan untuknya dengan bergabung ke dalam jamaah Ikhwanul Muslimin pada tahun 1952 M, ketika masih duduk di kelas satu tingkat SMA (versi sekolah kita).

Ia belajar kepada sejumlah syekh di Syiria, khususnya Syekh dan tokoh ulama Hamat, antara lain, Syekh Muhammad al-Hamid, Syekh Muhammad al-Hasyimi, Syekh Abdul Wahhab Dabus Wazit, Syekh 'Abdul Karim ar-Rifa‘i, Syekh Amad al-Murad. Di samping itu, ia juga belajar kepada para ustadz, di antaranya Musthafa as-Siba‘i, Musthafa az-Zarqa, Fauzi Faidhullah dan lainnya.

Masa studinya di universitas selesai pada tahun 1961, lalu mengikuti Khadimah ‘Askariyyah (pendidikan militer) pada tahun 1963, hingga menjadi seorang perwira cadangan. Selanjutnya beliau menikah pada tahun 1964 dan dikaruniai empat orang anak.

Beliau memberikan ceramah, khutbah dan mengajar di Syiria, Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab, Iraq, Yordania, Mesir, Qatar, Pakistan, Amerika, dan Jerman. Ia juga terlibat dalam peristiwa-peristiwa dustur di Syiria tahun 1973 hingga dipenjara selama lima tahun, sejak 1973 hingga 1981. Selama di dalam penjara, beliau menulis kitab al-Asas fit-Tafsir (dua jilid) dan beberapa buku dakwah lainnya.

Di samping itu, beliau pernah diamanahi jabatan pimpinan dalam organisasi Ikhwanul Muslimin di tingkat regional dan Internasional. Juga aktif terlibat dalam berbagai aktivitas dakwah, politik dan jihad.

AKHIR HAYAT SYEKH SA`ID HAWWA
Pada tahun 1987 beliau terserang sejenis penyakit Parkinson di samping penyakit-penyakitnya yang lain, seperti gula, darah tinggi, penyempitan pembuluh nadi, ginjal dan penyakit mata hingga terpaksa harus ‘uzlah. Dan pada hari Kamis tanggal 9 Maret 1989, beliau wafat di Rumah sakit Islam di Amman.

Ustadz Zuhair asy-Syawisi di dalam harian al-Liwa yang terbit di Yordania, edisi 15/3/1989 berkata tentang Syekh Sa‘id Hawwa sebagai berikut:

“… Allah telah menakdirkan dan tidak ada yang dapat menolak ketentuan-Nya. Berakhirlah kehidupan Sa‘id Bin Muhammad Daib Hawwa di Rumah Sakit Islam Amman siang hari Kamis, awal Sya‘ban yang agung 1409 H. bertepatan dengan tanggal 9 Maret 1989 M.. Disalatkan setelah salat Jumat oleh ribuan jamaah di Masjid al-Faiha di asy-Syaibani. Dikuburkan di pemakaman Syahab selatan Amman. Penguburan jenazahnya dihadiri oleh banyak orang. Di antara yang ikut dalam memberikan sambutan dalam upacara penguburan jenazah adalah Ustadz Yusuf al-A‘dzam, Syekh 'Ali al-Faqir, penyair Abul Hasan, Syekh 'Abdul Jalil Razuq, Ustadz Faruq al-Masyuh, dan Satrawan Ustadz 'Abdullah Thanthawi. Sungguh simpati penduduk Yordania yang dermawan kepada saudara asing yang meninggal di negeri mereka kepada orang-orang hidup yang tinggal di negeri mereka. Kedermawanan dengan tangan dan kebaikan dalam ucapan.”

Syekh Sa‘id Hawwa merupakan seorang dai paling sukses yang pernah ada, karena ia mampu menyampaikan pandangan dan pengetahuan yang dimilikinya kepada orang banyak. Ia meninggal dalam usia yang relatif muda, belum melewati usia 53 tahun. Tetapi ia telah meninggalkan karya tulis yang cukup banyak, sehingga oleh banyak orang dimasukkan ke dalam para penulis kontemporer yang produktif. 

Ustadz Zuhair asy-Syawisy menuturkan,

“Saya pernah mengunjunginya di al-Ahsa ketika ia menjadi pengajar di Ma‘had al-‘Ilmi. Saya tidak menemukan perabot di rumahnya kecuali sesuatu yang dapat memenuhi keperluan seorang yang hidup sederhana. Juga tidak saya temukan pakaian yang layak dipakai oleh ulama dan pengajar di negeri yang panas ini. Baju jubah yang dipakainya dari buatan Hamat yang kasar. Saya terus mendesaknya sehingga ia mau memakai beberapa pakaian yang putih dan aba‘ah (baju luaran) yang layak bagi seorang seperti dirinya, tetapi ia mensyaratkan agar tidak terlalu longgar. Sedangkan makanannya tidak lebih baik dari pakaian dan perabot rumahnya. Termasuk dalam kategori ini adalah sikapnya yang mudah kepada orang-orang yang menerbitkan buku-bukunya baik yang telah mendapatkan izinnya maupun tidak. Buku-bukunya telah dicetak berulang-ulang—dengan cara halal maupun haram—tetapi saya tidak pernah mendengar ia mempersoalkan hal tersebut. Ini termasuk bagian dari zuhudnya. Sesungguhnya akhlak dan toleransi Sa‘id Hawwa ini merupakan kebanggaan dan teladan bagi orang lain. Inilah kesaksian yang dapat saya sampaikan.”

Syekh Sa‘id Hawwa dikenal lewat buku-bukunya, berbagai kegiatan dakwahnya di Syiria, para mahasiswanya di Madinah al-Munawwarah. Beliau juga sering pergi ke Yordania, Kuwait, Eropa dan Pakistan. Dalam dirinya terdapat akhlak yang mulia, adab yang tinggi, tawaduk, zuhud, kesederhanaan dalam penampilan, kesiapan untuk taat, banyak tilawah dan zikir, pecandu membaca dan menulis tentang berbagai tema dakwah, pergerakan fikih dan ruhiyyah. Ia menyibukkan diri secara total dalam masalah-masalah keislaman dan kaum muslimin serta perlawanan melawan thaghut yang menghancurkan negeri, merendahkan martabat para hamba Allah dan melakukan kerusakan di muka bumi.

Syekh Sa‘id Hawwa adalah seorang yang berpotensi besar, dinamis dan pendobrak. Ia tidak pernah kenal menyerah dan bosan. Punya pengalaman dan kepiawaian dalam menulis. Punya kecenderungan ruhiyyah yang kental, bahkan terkadang sangat mendominasi. Rasa malu, kebaikan dan kelembutan hatinya terkadang membuatnya lebih mengutamakan sikap diam dalam sebagian persoalan yang menuntut musharahah (keterusterangan).

Setiap menghadiri seminar, beliau ikut andil bicara dengan pembicaraan yang memikat hati. Tema utama pembicaraannya berkisar tentang manhaj Imam Hasan al-Banna dalam memanfaatkan potensi kebaikan yang ada pada diri setiap manusia. Para dai harus bisa meningkatkan potensi kebaikan pada jiwa manusia. Mereka harus berbicara pada hati yang merupakan kunci hidayah. Jiwa setiap manusia mengandung potensi kebaikan dan potensi kejahatan, tetapi dengan tingkatan yang berlainan. Apabila Allah telah memberi taufik kepada seseorang untuk meningkatkan potensi kebaikan pada jiwa manusia, maka hal ini berarti ia telah mengurangi potensi keburukan yang ada pada manusia tadi, karena tazkiyatun-nafs merupakan kunci untuk meluruskan suluk (perilaku), "Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 7—10)

Beliau juga punya berbagai pengajian, ceramah dan perkuliahan di Jam‘iyyah al-Ishlah al-Ijtima’ di Kuwait. Ceramah dan pengajian-pengajiannya mendapatkan sambutan hangat dari para pemuda kebangkitan Islam. Sebagaimana buku-buku dakwah dan pergerakan yang ditulisnya mendapatkan sambutan luas di kalangan pemuda muslim di berbagai negeri Arab dan Islam, khususnya di Yaman, Negara-negara Teluk dan Syiria. Sebagaimana telah diterjemahkan ke berbagai bahasa lain. Di antara karya tulisnya yang telah diterbitkan adalah:

1.     Allâh Jalla Jalâlûh
2.     ar-Rasûl Shallâllahu ‘alaihi wa Sallam
3.     al-Islâm
4.     Tarbiyatuna ar-Rûhiyyah
5.     Jundullah Tsaqâfatan wa Akhlâqan
6.     Durûs fil-‘Amal al-Islâmi al-Mu‘âshîr
7.     al-Asâs fit-Tafsîr
8.     as-Asâs fis-Sunnah wa Fiqhuha
9.     Fushûl fil-Imârah wal-Amîr
10. Fi Âfâqit-Ta‘lîm
11. Qawânînul-Bait al-Muslim
12. Jundullâh Takhthîthan wa Tandziman
13. Risalah Munthalaqat Islamiyyah lil-Hadhârah al-‘Alamiyah al-Jadîdah
14. Ijâzah Takhasshush Du‘ât

Dan masih banyak karya-karya beliau belum disebutkan.

Syekh Sa‘id Hawwa adalah seorang pembaca yang piawai. Ia berkata tentang dirinya sendiri di dalam bukunya, Hadzihi Tajribati,

“...bacaanku dalam dua jam mencapai empat puluh halaman. Pembimbingku di dalam usrah Ikhwaniyah adalah Ustadz Mushthafa ash-Shairafi. Berguruku semakin kuat di tangan Syekh Muhammad al-Hamid pada periode ini. Kemudian aku menjadi ketua organisasi mahasiswa di kota Hamat. Aku punya peran penting dalam tiga demonstrasi mahasiswa. Yang pertama ketika mahasiswa Ikhwanul Muslimin di Suriah menuntut dimasukkannya sistem kepemudaan di sekolah-sekolah menengah umum. Yang kedua memprotes dijatuhkannya hukuman mati kepada sebagian anggota Ikhwanul Muslimin di Mesir. Yang ketiga dalam peringatan terkutuk bagi mandat Balfour. Aku menjadi pembicara resmi dari Ikhwanul Muslimin dalam berbagai demonstrasi ini. Aku ke Fakultas Syariah di Damaskus dan sering mengikuti ceramah Dr. Mushthafa Siba’i, muraqib ‘amm Ikhwanul Muslimin di Suriah di kampus Universitas Damaskus. Ceramah-ceramah yang disampaikannya sangat menarik sehingga saya merasakan sepeti sedang dihipnotis.

Saya juga menghadiri acara penyambutan yang diselenggarakan untuk menyambut kedatangan Ustadz Hasan Hudaibi, mursyid kedua Ikhwanul Muslimin, di masjid as-sulthan di kota Hamat. Dr. Mushthafa as-Siba‘i dan Dr. Sa‘id Ramadhan al-Buthi ikut berbicara dalam acara ini. Penutupan acara ini disampaikan Ustadz Hudaibi dengan sambutan yang sangat singkat.”

Syekh Sa‘id Hawwa punya andil besar dalam bidang taklim, karena ia mengajar di Syiria dan di luar Syiria. Ia pernah mengajar di Kerajaan Saudi Arabia selama lima tahun; dua tahun di kota Hufuf di wilayah Ahsa’, dan tiga tahun di Madinah al-Munawwarah.

Ia juga mengadakan berbagai kunjungan ke berbagai Negara Arab, Eropa dan Amerika. Ia mengunjungi Pakistan berkali-kali. Pada kunjungan pertamanya di Pakistan ia bertemu dengan Abul A’la al-Maududi dan mengambil banyak pelajaran dan arahan yang disampaikannya di bidang dakwah Islam dan amal Jama‘i (kolektif).

Pada kunjungan yang kedua di Pakistan, ia menghadiri penguburan jenazah al-Maududi dan bertemu dengan para pemimpin Jamat Islami di Pakistan. Kemudian ia pergi ke Lahore untuk menemui para Mujahidin Afganistan dan menghimbau agar mereka melakukan kerjasama, menanggalkan egoisme, mengikhlaskan niat kepada Allah dan di jalan-Nya. Jika tidak, maka akan tercemari oleh kepentingan hawa nafsu.

Pada akhir bulan Mei 1979 ia bersama utusan Islam pergi ke Iran guna bertemu dengan Khumaini dan Menteri Luar Negeri saat itu, Ibrahim Yazdi dan Kamal Kharazi. Ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di Syiria. Ia mengimbau mereka agar memenuhi hak ukhuwwah islamiyyah bagi saudara mereka sesama kaum muslimin di Suriah.

Di dalam bukunya Hadzihi Tajribati, Sa‘id Hawwa berkata, 

“Di antara buah kudeta militer Amerika di Suriah di bawah pimpinan Husni az-Zaim—Badan Intelejen amerika mengungkapkan dalam berbagai kesempatan bahwa mereka di belakangnya—adalah penyerahan koloni (Misymar Hairden) kepada Yahudi, penandatanganan kesepakatan perpanjangan jalur pipa Tibline sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan Amerika, dan pemberedelan majalah al-Ahkam al-Adliyah yang menjadi undang-undang sipil Islam bagi Suriah."

Ketika menerbitkan bukunya Fi Afaq at-Ta‘lim, 'Abdullah 'Aqil mantan wakil sekjen Rabithah Alam Islami (Organisasi Konferensi Islam Dunia) menyanjung beliau dan berterimakasih atas jerih payah tersebut, karena para pemuda Islam sangat berkepentingan untuk memahami Ushul ‘Isyrin yang tersebut dalam Risalatut-Ta‘lim karya Imam asy-Syahid Hasan al-Banna. Risalah ini telah diuraikan oleh banyak ikhwah di Mesir ataupun luar Mesir dan tetap memerlukan tambahan penjelasan. Bahkan Mushthafa ath-Thahhan telah memasukkannya dalam serial terbitan al-Ittihad al-Islami al-Alami li al-Munadzzimat ath-Thullabiyah (IFFSO) dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa serta mendapat sambutan yang hangat dan luas. Sekian.**

**(Dari berbagai sumber)

1 komentar:

Alhamdulillah, dapat ilmu baru di blog ini. Sangat bermanfaat.
Sayangnya, mata saya jadi agak perih membaca tulisannya karena warna fontnya cukup 'menyala' dan menyilaukan mata.