Media Informasi Dan Dakwah Pondok Pesantren Al-Ihsan Gembong

BURUNG BULBUL "CURHAT"

BURUNG BULBUL "CURHAT"


Apakah anda kenal dengan Nightingales Bird? Atau Luscinia Megarhynchos? Mungkin anda akan menjawab tidak. Tadi itu adalah nama lain dari burung Bulbul. Burung ini dinamai “Nightingales Bird” karena sering berkicau atau bernyanyi di malam serta siang hari. Nama Nightingale ini telah lama digunakan kurang lebihnya dari 1.000 tahun yang lampau, bahkan sangat dikenal di Anglo-Saxon.

Burung ini mempunyai suara yang sangat tajam dalam berkicau, biasanya bernyanyi saat fajar, selama satu jam sebelum matahari terbit, dia berkicau dalam mempertahankan wilayah kekuasaannya, kicauan yang paling khas dari irama ocehannya adalah crescendo bersiul keras.

The Nightingale umum atau lebih populer dengan sebutan burung Bulbul ini adalah merupakan salah satu dari burung master terfavorit untuk burung kicauan seperti Murai Batu, Kacer, Pentet, Pleci dan burung-burung lainnya.

Habitatnya di hutan-hutan dan semak-semak belukar di wilayah Eropa dan sering berimigrasi ke wilayah Asia Barat Daya. Di negara asalnya burung ini sangat populer, selain sering dibuat sebagai narasi di cerita-cerita legenda dan sajak-sajak di setiap perayaan besar. Musisi ternama seperti Kitaro pun terinspirasi oleh kicauan merdu Nightingale. Maka tak salah kalau salah seorang penyair Arab menggubah sebuah syair tentang burung “bersuara emas” ini,


أحرام على بلابله الدوح **** حلال للطير من كل جنس

“Apakah pohon besar itu diharamkan bagi burung Bulbul
namun dihalalkan bagi burung-burung yang lain?”

Kita semua tahu, sebagian dari binatang seperti burung ada yang indah rupanya, merdu suaranya. Kecantikan dan keindahan serta kemerduan pada umumnya dapat menarik kecintaan jiwa kepadanya. Mudahnya, hati kita sangat suka kepada keindahan dan kemerduan. Dengan melihat dan mendengarnya hati jadi hidup, jiwa jadi damai dan pikiran jadi rileks. Kenikmatan ini dirasakan menjalar ke seluruh tubuh. Ia dapat mendorong sekujur tubuh manusia; jiwa dan raganya lebih bersemangat untuk meneruskan hidup ini sebagai khalifah Allah yang taat di muka bumi.

Nabi sendiri, sangat menyukai keindahan. Beliau bersabda: ”Sesungguhnya Allah itu maha indah dan suka akan keindahan." Jadi, menyenangi hewan-hewan yang indah rupanya dan bersuara merdu merupakan hal yang wajar, bahkan itu adalah salah satu dari fitrah manusia yang mencintai segala bentuk keindahan, termasuk menyukai suara merdu burung Bulbul.

Sejarah mencatat, banyak sekali kisah-kisah inspiratif yang dapat kita peroleh dari burung “bersuara emas” ini. Misalnya perjuangan keras si burung Bulbul yang berusaha memadamkan api yang dibuat raja Namrud untuk membakar Nabi Ibrahim, atau cerita si burung yang selalu menziarahi makam Imam Sufyan ats-Tsauri karena beliau telah membeli si burung dan membebaskannya dari sangkar.

Dalam postingan kali ini kami akan salah satu kisah menarik mengenai burung mungil ini. Simaklah!

Pada suatu hari, burung Bulbul dilanda “galau berat”. Ia hampir gila karena gairah nafsunya yang membara. Perasaannya dituangkan dalam ribuan nada dan nyayian. Dan setiap nada mengandung rahasia-rahasia cinta.

"Rahasia-rahasia cinta tidak asing lagi bagiku," katanya. “Aku selalu mengajarkan nyanyian-nyanyian baru dan selalu pula mengulang duka yang baru. Bila aku terpisah dari mawarku maka hidup akan terasa sunyi. Aku tidak dapat lagi bernyanyi. Dan tak akan kubisikkan rahasiaku kepada siapapun. Hanya mawar yang mengerti perasaan cintaku. Cintaku pada mawar sangat dalam sehingga aku tak sempat memikirkan diriku sendiri. Hidupku disibukkan oleh mawar yang kelopaknya bercabang bagaikan kerang.”

Karena kasihan dengan penderitaan rekannya yang lagi “buta cinta”, akhir burung Hud Hud menasihatinya,

"Wahai burung Bulbul, engkau telah disilaukan oleh bentuk lahir segala sesuatu. Berhentilah menikmati ketergantungan yang menyesatkan! Cinta mawar itu berduri, mengusik dan menguasai dirimu. Meskipun mawar sangat jelita namun keindahannya fana. Barangsiapa yang mencari kesempurnaan diri, janganlah diperbudak oleh cinta yang cepat berlalu. Jika senyuman mawar itu membangkitkan birahimu, itu hanya memenuhi hari dan malammu dengan ratapan dan kesedihan. Tinggalkanlah mawar dan malulah terhadap dirimu sendiri. Di setiap awal musim semi ia mentertawakanmu dan kemudian layu tak lagi mau tersenyum padamu.” 

Sekian.