Media Informasi Dan Dakwah Pondok Pesantren Al-Ihsan Gembong

KISAH SYEKH AL-BUTHI; PESANTREN ADALAH SALAH SATU CARA UNTUK WUSHUL KEPADA ALLAH

KISAH SYEKH AL-BUTHI; PESANTREN ADALAH SALAH SATU CARA UNTUK WUSHUL KEPADA ALLAH



Damaskus, puluhan tahun silam usia Syekh Sa'id Ramadhan masih 16 tahun. Ayahnya baru saja memasukkannya ke Ma'had at-Taujih al-Islami asuhan Syekh Hasan Habannakah.

Saat itu ia hanya mengambil jurusan pesantren, sedangkan teman-teman sebayanya kebanyakan berhasil diterima di sekolah-sekolah bergengsi.

Setiap kali ia pulang ke kampungnya, dan berkumpul bersama teman-teman karibnya, mereka selalu merasa bahwa ia adalah anak yang memiliki nasib paling malang dan tragis. Mereka beranggapan bahwa masuk ke pesantren sama dengan menyerahkan masa depan pada kemiskinan.

"Buat apa kamu mondok? Bukannya kamu sudah memiliki ilmu agama yang cukup? Jadi, untuk apa mencari sesuatu yang tidak penting?" Komentar salah satu dari mereka.

Meskipun terasa telak dan menyakitkan ia sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan mereka, ia hanya menjawab:

"Ini adalah keinginan ayahku, dan aku berjanji untuk menjalaninya, dan janji itu takkan aku ingkari sampai kapanpun."

Ia ingat betul ketika pertama kali masuk pesantren, dengan tatapan kasih sayang ayahnya berucap, "Nak, jika aku tahu jalan wushul kepada Allah itu ada di pekerjaan menyapu, maka akan kujadikan engkau tukang sampah. Tapi, aku yakin bahwa jalan untuk mendekat kepada-Nya hanya ada dalam mempelajari ilmu-ilmu agama. Oleh karena itu, aku ingin engkau menempuh jalan ini."

Kelak, pemuda Damaskus yang dulu diremehkan dan diragukan masa depannya akhirnya terbukti mampu menjadi salah satu ulama yang paling berpengaruh dalam dunia Islam. Menjadi idola jutaan orang di seluruh penjuru dunia. Karya-karyanya masih terus dibaca dan dikaji hingga detik ini.

Pemuda itu adalah Syekh Muhammad Sa'id Ramadhan al-Buthi rahimahullah.