Media Informasi Dan Dakwah Pondok Pesantren Al-Ihsan Gembong

KEAJAIBAN ISYTIQAQ DALAM AL-QUR'AN

KEAJAIBAN ISYTIQAQ DALAM AL-QUR'AN



Salah satu keistimewaan bahasa Arab adalah Isytiqaq.

Secara bahasa, kata isytiqaq adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari kata isytaqqa - yasytaqqu yang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Misalnya dalam susunan 'isytaqqat al-kalimatu minal-kalimat',  maka arti kalimat tersebut ialah “mengasal kata dari kata yang lain”. Jika kata 'ilmu' digabungkan dengan kata isytiqaq menjadi 'ilmu Isytiqaq', maka itu berarti ilmu tentang asal-usul kata. 

Sementara secara terminologi, ditemukan sejumlah definisi dari para ahli tentang isytiqaq. Sebagian ahli mengatakan isytiqaq adalah:

أخذ كلمة من أخرى بتغيير ما مع التناسب فى المعنى.

“Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna."

Sebagian lain mendefinisikan:

أخذ صيغة من أخرى مع اتفاقهما مادة أصلية  ومعنى.

“Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna.”

Kedua definisi di atas, menjelaskan sebuah proses pembentukan kata yang dapat melahirkan beberapa kata lain (musytaq). Antara beberapa kata yang dihasilkan melalui proses pembentukan tersebut tetap memiliki makna yang mirip dengan maknakata dasarnya. Misalnya dari akar kata عٙلِمٙ ('alima/telah mengetahui) bisa dibentuk  kata-kata  berikut:
يٙعْلٙمُ (ya'lamu/akan mengetahui)
عٙالِمٌ (alimun/orang yang mengetahui')
مٙعْلُوْمٌ (ma'lumun/yang diketahui)
اعْلٙمْ (i'lam/ketahuilah!)

Isytiqaq merupakan salah satu karakteristik bahasa Arab yang sangat penting atau bahkan mungkin yang paling penting, karena bila kita teliti bahasa-bahasa di seluruh dunia, nyatanya isytiqaq hanya ditemukan di dalam bahasa Arab, tidak terdapat dalam bahasa-bahasa lain. Kemudian dari kekhususannya inilah bahasa Arab menjadi sebuah bahasa yang fleksibel dan mudah digunakan khususnya dalam penyampaian tujuan agama dan pencatatan berbagai ilmu pengetahuan.

Berkaitan dengan ini, ada 6 surat al-Qur'an yang awal ayatnya menggunakan akar kata (isytiqaq) 'tasbih'. Menariknya, awal-awal surat tersebut menyebutkan akar kata 'tasbih' secara berurutan sesuai dengan urutan isytiqaq yang ditetapkan dalam ilmu sharaf.

Sebagaimana diketahui, dalam ilmu sharaf, akar kata (musytaq minhu) dari setiap kata-kata lain adalah mashdar. Dari mashdar akan menghasilkan fi'il madhi (kata kerja yang dilakukan pada zaman lampau), lalu fi'il mudhari' (kata kerja yang dilakukan pada zaman sekarang atau masa yang akan datang). Ada juga fi'il amar (kalimat perintah).


Kalau kita urutkan kata-kata yang berkaitan dengan akar kata 'tasbih' dalam al-Qur'an, maka hasilnya adalah: 1️⃣ Kata سُبْحٙانٙ (mashdar); 2️⃣ Kata سٙبّٙحٙ (fi'il madhi); 3️⃣ Kata يُسٙبِّح (fi'il mudhari') 4️⃣ Kata سٙبِّحْ (fi'il amar).

*️⃣ Kata سُبْحٙانٙ (mashdar) disebutkan pada ayat pertama surat al-Isra' (nomor surat: 17):

(سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ) [الإسراء: 1]

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-'Isrā':1)

 *️⃣ Kata سٙبّٙحٙ (fi'il madhi) disebutkan pada ayat pertama surat al-Hadid (nomor surat: 57):

(سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) [الحديد: 1]

"Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Ĥadīd:1)

Ayat pertama surat al-Hasyr (nomor surat 59):

(سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمٙا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ) [الحشر: 1]

"Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Ĥasyr:1)

Dan ayat pertama surat ash-Shaf (nomor surat 61):

(سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمٙا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ) [الصف: 1].

"Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Aşh-Şhaf:1)

3️⃣ Kata ُيُسٙبِّح (fi'il mudhari') disebutkan pada ayat pertama surat al-Jumu'ah (nomor surat 62):

(يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ) [الجمعة: 1]

"Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Jumu`ah:1)

Dan ayat pertama surat at-Taghabun (nomor surat: 64):

(يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ) [التغابن:1]

"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At-Taghābun:1)

4️⃣ Kata سٙبِّحْ (fi'il amar) disebutkan pada ayat pertama surat al-A'la (nomor surat: 87):

(سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى) [الأعلى: 1]

"Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi." (QS. Al-'A`lá:1)


📚Referensi: Lathaif Qur'aniyyah, karya Syekh Dr. Shalah 'Abdul-Fattah al-Khalidi, halaman 38–39.