Ramadan adalah musim keimanan yang agung, pasar yang di dalamnya ditawarkan dagangan-dagangan akhirat dengan harga yang begitu murah.
Ramadan adalah madrasah revolusi mental, madrasatu tahqiqil-'ubudiyyah wal-akhlaq, yakni sekolah untuk merealisasikan sifat hakiki seorang hamba Allah melalui memperbanyak amal-amal ketaatan dan mewujudkan akhlak-akhlak mulia.
Jika selama ini kita lebih banyak melakukan ibadah-ibadah lahiriah seperti salat tarawih, witir, tadarus Qur'an, bersedekah, dan lain-lain, maka di sisa Ramadan ini sudah saatnya kita tunaikan juga ibadah-ibadah hati dan singkirkan penyakit-penyakit kalbu.
Bulan Ramadan tidak hanya berupa ibadah dan nikmat (seperti rahmat di awalnya, maghfirah di pertengahannya, dan 'itqun minan-nar di akhirnya). Ia juga mempunyai ghayah akhlaqiyyah (target pencapaian akhlak terpuji). Dengan terealisasikannya ghayah akhlaqiyyah inilah seorang hamba dapat dikatakan telah lulus dari madrasah Ramadan.
Seseorang dikatakan lulus dari Madrasah Ramadan ketika mental dan spiritualnya telah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ruh seorang shaim (yang berpuasa) tertancap kuat dalam sanubarinya. Ia menjadi sosok yang penyabar, dermawan, saleh individu dan sosial, tak lagi mudah menerjang maksiat, tak lagi mudah marah, mampu mengendalikan nafsu, segala aktivitasnya diusahakan mengarah ke ukhrawi, senantiasa menyempatkan waktu untuk bertafakkur merenungkan ayat-ayat Qur'an dan ayat kauniyyah, menjadi orang yang lebih baik daripada sebelum Ramadan. Ia mampu me-ramadan-kan hati dan perilakunya di bulan-bulan setelah Ramadan, dan sepanjang hayat.