أجرؤكم على الفتوى أجرؤكم على النار
"Yang paling berani dari kalian dalam (mengeluarkan) fatwa adalah orang yang paling berani ke neraka." (Diriwayatkan oleh ad-Darimi dalam "Sunan"-nya dengan status hadits mursal dari 'Ubaidillah bin Abi Ja'far)
Berhati-hati dalam ber-statement dan berfatwa (at-tawarru' 'anil-futya) merupakan akhlak/karakteristik salafuna ash-shalih. Mereka benar-benar menimbang dampak positif atau negatif sebelum statement atau fatwa itu dipublikasikan.
Dalam hal ini, Imam 'Abdurrahman bin Abi Laila al-Anshari al-Kufi (w. 82 H.), pakar fikih dari golongan tabiin berkata: "Aku mendapati 120 shahabat Rasulullah ﷺ. Saat salah satu dari mereka ditanya tentang sebuah masalah, ia mengembalikan masalah itu kepada shahabat yang lain (hal itu berputar terus-menerus di kalangan mereka) hingga masalah itu kembali (diajukan) ke orang pertama (lagi)."
Imam Malik radhiyallahu 'anhu berkomentar lebih tegas: "Barang siapa menjawab sebuah masalah, hendaknya sebelum menjawab ia menghadapkan dirinya ke surga dan neraka serta bagaimana selamat (dari neraka tersebut). Kemudian baru menjawab."
Akhlak seperti ini juga tergambar jelas dalam nasehat umum Imam asy-Syafi'i radhiyallahu 'anhu tentang kehati-hatian ber-statement dan berbicara:
“Apabila salah satu dari kalian hendak berbicara, maka ia wajib memikirkan terlebih dahulu perkataannya! Jika perkataan tersebut mengandung kemaslahatan (kebaikan), maka berbicaralah! Namun jika ragu-ragu (perkataannya tidak mengandung kemaslahatan), maka urungkanlah untuk berbicara hingga benar-benar perkataanmu mengandung kemaslahatan!”
Namun ironisnya, di zaman ini ada sebagian orang yang merasa berilmu dengan mudahnya mengeluarkan statement tanpa menimbang dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut.
Mungkin benar, statement tersebut punya dasar yang diambil dari qaul-qaul ulama. Tapi, apakah bijak mempublikasikan statement-nya sehingga berpotensi menimbulkan kegaduhan di masyarakat awam, bahkan fitnah keimanan di hati mereka?
Tahu qaul-qaul lemah yang bertebaran di khazanah Islam memang baik, namun terlalu mudah mempublikasikan pendapat-pendapat daif tersebut adalah tindakan yang tidak tepat.
Ingat, Allah telah berfirman:
Ingat, Allah telah berfirman:
مٙا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 18)
Maka, berhati-hatilah saat ber-statement.
Maka, berhati-hatilah saat ber-statement.
📚Referensi📚: al-Manhaj as-Sawi, hlm. 102 & Khulashatu Akhlaqis-Salaf, hlm. 5