"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
(as-Sajdah: 8-9)
Pada beberapa ayat yang menginformasikan tentang indera manusia, Alquran selalu menyebut "pendengaran" pada urutan pertama sebelum menyebutkan indera-indera yang lain. Dalam salah satu kaidah tafsir disebutkan bahwa pendahuluan-pendahuluan kata atau term dalam ayat-ayat itu memiliki faedah atau tujuan secara maknawi, tidak kebetulan saja. Dan faedah atau tujuan rahasia dari pendahuluan indera tersebut ternyata mendapatkan penjelasan ilmiah dari ilmu kedokteran yang meyakini bahwa ketika janin masih tinggal di dalam rahim pada usia kehamilan 17 minggu kejadian janin telag sempurna sebagai tubuh manusia, dan yang pertama kali berfungsi adalah indera pendengaran!
Saat kehamilan berusia enam bulan, otak pusat pendengaran yang berada di otak pusat berpikir sudah berfungsi, janin sudah dapat mendengar apa yang ibunya dengar maupun apa yang ibunya ucapkan dan kemudian semua itu akan tersimpan di limbic-nya (tempat menyimpan seluruh pengalaman hidup) di bagian ingatan jangka panjang. Semua dialog dengan janin, semua kegiatan akan membangun perkembangan otak janin. Apabila limbic berisi pengalaman dan hal-hal positif maka kerja otak pusat berpikir akan selalu ke arah positif. Sebaliknya apabila limbic berisi pengalaman dan hal-hal yang negatif maka kerja otak pusat berpikir akan selalu bekerja ke arah negatif.
Berdasarkan keterangan ini, agar janin yang di dalam rahim dapat tumbuh nantinya menjadi generasi yang baik, para ahli menganjurkan agar para ibu hamil (bumil) untuk selalu mengajak berbicara atau memperdengarkan kata-kata yang positif pada janin. Dalam hal ini, Islam mengatur agar isi pembicaraan hendaknya berupa hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama. Semua itu sudah tercukupi dengan memperdengarkan pada janin ayat-ayat al-Qur'an.
