Media Informasi Dan Dakwah Pondok Pesantren Al-Ihsan Gembong

NASEHAT UNTUK PARA PEMIMPIN

NASEHAT UNTUK PARA PEMIMPIN


​Keberadaan seorang pemimpin adalah sebuah keniscayaan. Sunatullah yang tidak bisa dihindarkan. Di mana ada sebuah komunitas, di situlah perlu adanya pemimpin. 

Namun, masalah kepemimpinan tidak sesederhana yang dibayangkan orang. Pemimpin adalah sosok pilihan yang akan bertanggung jawab pada semua anggotanya. Baik dan tidaknya sebuah komunitas, tergantung pemangku kendali. Dengan kata lain, pemimpin adalah sosok sentral dalam kemajuan kelompok yang dipimpinnya.

Imam Malik radhiyallahu 'anhu dalam adagiumnya yang terkenal mengatakan,

النّٙاسُ عٙلٰى دِيْنِ مُلُوْكِهِمْ

“Rakyat itu tergantung agama rajanya”.

Secara tidak langsung, Imam Malik menjelaskan bahwa kondisi sebuah komunitas akan baik jika pemimpinnya baik, akan jelek jika pemimpinnya jelek. Tentu, ketergantungan rakyat kepada pemimpin mencakup segala hal. Kesejahteraan dunia dan kebaikan agama.

Karena itulah Rasulullah SAW. sampai bersabda, “Jika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR. Bukhari). Berdasarkan petunjuk hadis ini, jika kepemimpinan diserahkan kepada orang yang tidak pantas menjadi pemimpin, hancurlah orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, bila kendali kepemimpinan diserahkan kepada ahlinya, maka ia akan menjadi faktor penting tergapainya kesejahteraan rakyat.

Dalam Islam, tanggung jawab seorang pemimpin sangat besar. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika ia tidak amanah dalam menjalankan jabatannya, ia akan dituntut di akhirat kelak. Menimbang begitu beratnya tanggung jawab seorang pemimpin, 'Umar bin ‘Abdul 'Aziz saja ketika beliau diangkat menjadi khalifah (pemimpin umat Islam), beliau menangis dan mengatakan ‘innalillahi wa innalillahi raji’un’. Bukan ‘alhamdulillah’. Sebab menurut beliau, menjadi pemimpin adalah musibah. Bukan nikmat.

Berkaitan dengan itu, ada nasehat menarik yang diutarakan oleh Imam Hasan al-Bashri kepada Sayidina 'Umar bin 'Abdul 'Aziz pada saat beliau sudah diangkat menjadi khalifah umat Islam. Nasehat tersebut diwujudkan dalam surat khusus yang dikirimkan kepada Khalifah 'Umar, seperti halnya diterangkan dalam "az-Zuhd" (hlm.169). Berikut isi nasehatnya:

Amma ba’du.. Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya dunia adalah rumah persinggahan dan perpindahan, bukan rumah tinggal selamanya.

Adam diturunkan ke dunia sebagai hukuman atasnya, maka berhati-hatilah! Sesungguhnya orang yang berhasrat kepada dunia akan meninggalkannya, orang yang kaya di dunia adalah orang yang miskin, penduduk dunia yang berbahagia adalah orang yang tidak berlebih-lebihan di dalamnya. Dunia layaknya racun, siapa yang tidak mengetahuinya akan memakannya, siapa yang tidak mengetahuinya akan berambisi kepadanya, padahal, demi Allah, itulah letak kebinasaannya.

Jadilah seperti orang yang tengah mengobati lukanya, dia menahan pedih sesaat karena dia tidak ingin memikul penderitaan panjang. Bersabar di atas penderitaan dunia lebih ringan daripada memikul ujiannya. Orang yang cerdas adalah orang yang berhati-hati terhadap godaan dunia. Dunia seperti pengantin, mata-mata melihat kepadanya, hati terjerat dengannya. Demi Allah, dunia adalah pembunuh bagi siapa yang menikahinya.

Wahai Amirul Mukminin, dunia adalah rumah hukuman. Siapa yang tidak berilmu tentangnya akan terkecoh, sementara orang yang tegas lagi berakal adalah orang yang hidup di dunia seperti orang yang mengobati sakitnya, dia menahan diri dari pahitnya obat karena dia berharap kesembuhan, dia takut kepada buruknya akibat di akhirat.

Demi Allah, dunia hanya mimpi, sedangkan akhirat adalah nyata, di antara keduanya adalah kematian. Para hamba berada dalam mimpi yang melenakan.

Sumber: Az-Zuhd, halaman 164.