Kau slalu
menggantung; bergayut di pundak; mengekor di kaki, membeo kesana kemari. Tak
penatkah engkau bersangga? “Aku roda belakangmu; Karena aku, roda sepedamu
berjalan,” bela si wanita.
Mengapa tak di
depan? “Jika aku di depan, kau jadi pecundang. Kita memang setara, namun tak
harus sama. Kau siang, aku malam. Kita sama-sama waktu. Dengan siangmu dunia
bernyawa, sebab malamku sakinah terasa.”